“Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang sedang membangun. Selain itu, kultur wilayah dan penduduk juga sedang di tata,” ujarnya.
Ditambahkan Rohim, selain tengah membangun wilayah, kegagalan Pemkab Bekasi dalam mendapatkan piala adipura disebabkan juga oleh beberapa faktor, diantaranya kesadaran penduduk akan arti penting kebersihan. Itu tercermin dari minimnya kepedulian masyarakat terhadap sampah di sekitar mereka. Saat ini masih banyak dijumpai masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Industrialisasi, ditandai munculnya aneka ragam industri besar yang menjamur, ditengarai menjadi faktor berikutnya. Bukan tanpa sebab, pengelolaan limbah yang dilakukan, jauh dari istilah
profesional. Pencemaran lingkungan oleh limbah pabrik terjadi karena sistim pembuangan limbah diabaikan begitu saja.
“Untuk mendapat predikat kota bersih masih sulit oleh Kabupaten Bekasi lantaran masih banyaknya kekurang sadaran masyarakat di dalam membuang sampah. Selain itu, industri juga kerap mengabaikan sistim pembuangan limbahnya,” paparnya.
Sehingga, sambung dia, dalam setiap diadakan penilaian kota terbersih, Kabupaten Bekasi gagal raih predikat memuaskan sebagai kota bersih dari Kementrian Lingkungan Hidup. Namun, upaya untuk mendapatkan predikat kota bersih tengah diupayakan. Saat ini, Pemkab Bekasi sudah mulai bekerja perlahan membenahi persoalan lingkungan hidup terutama memberikan sanksi bagi industri yang mencemari lingkungan.
Dirinya berharap di tahun mendatang, Kabupaten Bekasi bisa mendapatkan predikat kota bersih. Meski hal itu diakuinya, mustahil bisa dilakukan dengan cepat tetapi optimisme meraih predikat kota bersih menjadi hal yang mutlak dan harus bisa dilakukan.
“Kalau semua SKPD terkait serius benahi Kabupaten, dengan dukungan swasta berikut stake holdernya, serta segenap lapisan masyarakat, gelar adipura bukan tidak mungkin bisa teraih,” tutupnya
Sumber : BENews