Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan, kereta ini akan dibangun di jalur baru, bukan di jalur kereta Jakarta-Surabaya yang kini sudah beroperasi yaitu di jalur Pantura.
“Nanti mungkin sebagian ada yang elevated (melayang),” kata Bambang kepada detikFinance, dikutip Kamis (3/7/2014).
Bambang mengatakan, pembangunan proyek ini akan menggunakan dana yang besar, yaitu mencapai ratusan triliun rupiah. Yang mana separuhnya menurut Bambang harus dibiayai pemerintah.
Agar layak secara finansial, di setiap koridor atau stasiun kereta ini akan dibangun kawasan terpadu, atau transit oriented development.
Proyek ini digabungkan dengan real estate di setiap stasiun atau koridor.
Pandangan Pakar
Kereta ini dinilai akan sangat laris meski tiketnya lebih dari Rp 500 ribu sekali jalan per orang.
Pengamat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno mengatakan, masyarakat yang ingin bepergian dari Jakarta ke Surabaya atau sebaliknya dengan waktu yang lebih cepat sheperti penumpang pesawat, maka diperkirakan akan beralih ke kereta cepat.
Orang tidak perlu boarding maupun ambil bagasi, seperti yang terjadi dalam penerbangan pesawat.
“Karena ini di tengah kota, orang yang biasanya pakai bus dan pesawat akan beralih ke kereta cepat ini,” kata Djoko, Kamis (3/7/2014).
Djoko mengatakan, sarana transportasi ini akan laris meski tiketnya tehitung mahal. Bahkan meski harga tiketnya sama dengan harga tiket pesawat kelas ekonomi Jakarta-Surabaya, Djoko menilai masyarakat akan tetap memilih kereta cepat.
“Ke bandara saja sudah dua jam, pesawat satu jam lebih, belum nunggu pesawat yang kadang delay. Kalau tiketnya sama dengan pesawat terbang itu mesti laris. Katakanlah Rp 500 ribu itu jamin, pasti laris!” kata DJoko.
Dia mencontohkan, kereta cepat yang sudah beroperasi di beberapa negara seperti di Korea Selatan, yang menghubungkan Busan dengan Seoul sejauh sekitar 750 km, mengangkut 150 ribu orang setiap harinya.
Sementara Tokaido Shinkansen Jepang, menghubungkan Tokyo – Nagoya – Kyoto – Osaka. Kereta ini memiliki kecepetan 300km/jam.
Tanggapan PT KAI
Dirut PT Kereta Api Indonesia (KAI) Ignasius Jonan menganggap proyek ini tidak perlu. Jonan mengatakan, untuk membangun proyek kereta super cepat membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Dia memperkirakan kereta cepat itu akan menghabiskan dana ratusan triliun rupiah.
“Itu kalau Jakarta-Surabaya paling kurang biayanya Rp 200 triliun sampai Rp 300 triliun. Pertanyaan saya perlu nggak dibikin kereta cepat?” kata Jonan saat ditemui selepas jumpa pers di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu (5/3/2014).
Jonan menegaskan, dana sebesar itu lebih baik digunakan untuk pemerataan pembangunan di luar Jawa. Infrastruktur, menurutnya jangan hanya dibangun di pulau Jawa saja, melainkan pulau-pulau lain di Indonesia.
“Yang bangun harus pemerintah. Kenapa dana itu tidak digunakan untuk membangun infrastrutktur di luar Jawa. Menurut saya ya bangun infrastruktur di luar Jawa supaya pemerataan pembangunannya lebih baik,” papar Jonan.
Dia juga beralasan waktu konstruksi untuk membangun mega proyek itu tidak sebentar. Memerlukan waktu lebih dari sepuluh tahun untuk merampungkan proyek itu, terlebih jaraknya yang mencapai sekitar 700 kilometer.
“Kalau elevated itu makan waktu. Lebih dari 10 tahun saya kira. Konstruksi di tengah jalur ganda itu makan tantangannya luar biasa. Kecuali keretanya (double track) mau berhenti semua,” tambahnya.
“Bandung raya urban railway saja itu berapa tahun. Double track Cikarang-Manggarai 10 tahun itu nggak ada realisasinya,” imbuhnya.
Dia juga mengaku tidak berminat jika nanti ditawari menjadi operator kereta cepat ini. “Saya nggak minat kereta cepat Jakarta-Surabaya. Saya sebagai operator kereta api, kereta cepat itu belum perlu,” tutupnya.(Finance Detik.com).