Share Button

Wednesday, 6 August 2014

Kemiskinan Semakin Meningkat Akibat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat



 
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2014 cuma mencapai 5,12 persen, di bawah target minimal 5,2 persen. Badan Pusat Statistik menyebut angka ini terendah sejak 2009.

Walaupun optimis realisasi pertumbuhan masih bisa meningkat tajam pada triwulan III dan IV, Menteri Keuangan Chatib Basri mengakui ada dampak negatif dari perlambatan tersebut. Khususnya untuk penyerapan lapangan kerja yang bisa berdampak pada kemiskinan.

"Pertumbuhan yang melambat selalu punya dampak ke lapangan kerja. Bertambah (kemiskinan) tapi tidak akan signifikan," ujarnya di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (5/8). 

Pakar makroekonomi rata-rata meyakini batas minimal pertumbuhan ekonomi terbaik adalah 6 persen. Sebab, serapan pada angkatan kerja yang muncul saban tahun bisa optimal.

Kendati ada dampak pada tingkat kemiskinan dan pengangguran nasional, Chatib masih sumringah lantaran data inflasi bagus. Dengan demikian, beban keluarga termiskin di Tanah Air untuk mencukupi kebutuhan pokok tidak melonjak.

BPS mengumumkan pada Juli kemarin, inflasi 0,93 persen, terendah dibandingkan periode yang sama beberapa tahun belakangan. Target indeks harga konsumen tahunan pun diyakini pemerintah bisa di bawah batas atas 5,5 persen.

" Berita bagusnya inflasi sekarang lebih baik. Jadi sejalan dengan target APBN-P," kata Chatib.

Badan Pusat Statistik hari ini mengumumkan bahwa pertumbuhan triwulan II 2014 hanya 5,12 persen. Kenaikannya dibanding Januari-Maret cuma 2,47 persen. Sedangkan pemerintah pada APBN Perubahan 2014 sudah mematok pertumbuhan pada akhir tahun idealnya mencapai rentang 5,5 persen - 5,7 persen.

Sedangkan per Maret 2014, angka kemiskinan nasional naik menjadi 11,45 persen dibandingkan September 2013. Itu setara populasi 28,2 juta penduduk.(MDK)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...